"Selamat Datang Di Blog Pro Ecclesia Et Patria"

Kamis, 30 Mei 2013

PEJALANAN SEJARAH MARGA PMKRI PONTIANAK


Sedikit yang dapat disampaikan perjalanan singkat tentang marga PMKRI cabang Pontianak, dulu marga PMKRI ada dijalan Antasari sebelum pindah di KOMSOS KAP yang terletak di jalan Imam Bonjol dan disana bergabung dengan OKP – OKP katolik lainya seperti WKRI,Pemuda Katolik,PP BAHUMA dan FORDEM Namun seiring dengan waktu berjalan satu – persatu OKP tersebut meninggalkan tempat, hingga hanya PMKRI yang masih bertahan dan akhirnya semua situasi dimarga tersebut di kelola penuh oleh PMKRI. Namun sedikit memprihatinkan ketika kondisi PMKRI melemah dan timbul berbagai hal yang mungkin bisa dikatakan di luar kontek Organisasi PMKRI menimbulkan pandangan yang bisa bernilai minus. Dan itu berkelanjutan hingga sekarang.
Namun, ketika kepengurusan periode 2008 – 2009 mulailah benih perjuangan terhadap marga , kerena melihat kondisi Marga yang mulai memperihatinkan, atap bocor,listrik tidak ada, pintu banyak yang rusak termasuk jendela. Akhirnya PMKRI sepakat untuk berjuang  perbaikannya dan langkah pertama beraudensi dengan Pastor Wiliam Chang menyampaikan keadaan marga dengan beberapa  kali beraudensi baru ada tanggapan bahwa akan diperbaiki dari pihak keuskupan termasuk penerangan di Marga, meskipun dari PMKRI sudah menemukan donatur untuk pasang  lampu listrik, dan akhirnya kami menunggu tahap pengrehapan marga oleh keuskupan.
Akhirnya pengrehapan marga pun rampung dilaksanakan secara menyeluruh baik lantai dasar maupun lantai dua.Tepat pada hari Selasa 27 April 2010 pengurus PMKRI Cabang Pontianak periode 2010 -2011, menemui pastor Wiliam Chang untuk menyakan perihal kejelasan Penggunaan Margasiswa PMKRI, dan beliau memberikan arahan bahwa marga dapat difungsikan sebagai tempat dilaksanakannya berbagai kegiatan PMKRI.
Setelah terpilihnya kepengurusan baru periode 2010 – 2011 semangat teman – teman untuk diskusi dan kumpul bersama sangat luar bisa bahkan rela untuk berdiskusi didepan marga ( pada saat itu marga lagi direhap) selain itu juga kita diskusi dirumah teman – teman pengurus dan lapangan terbuka lainnya.
Ketika melihat kondisi margasiswa sudah layak digunakan, kepengurusan PMKRI cabang Pontianak periode 2010 – 2011 sepakat untuk bertanggung jawab penuh terhadap margasiswa.Demi kelancaran aktifitas serta kekompakan teman – teman pengurus. Selain itu juga mengingat PMKRI Cabang Pontianak pada tahun 2011 sekitar bulan November atau Desember akan menjadi tuan ruma MPA ( Majelis Permusyawaratan Anggota ) maka sekali lagi kami berharap kapada pihak keuskupan untuk bersedia memberikan marga tersebut utuh milik PMKRI Cabang Pontianak , karena dengan pertimbangan persipan MPA 2011 kedepannya. Dan kami telah sepakat untuk bertanggung jawab penuh dengan marga PMKRI tersebut salah satunya adalah:
1.      Menjaga Kebersihan Marga
2.      Tidak melakukan hal – hal yang berbau “negative” yang dapat merusak kaum intelektual (mimunan keras, narkoba, judi, dll)
3.      Merawat dan membayar Listrik di marga ketika diserahkan sepenuh nya kepada PMKRI
4.      Merawat marga seperti merawat diri sendiri
5.      Menjaga keamanan (lingkungan komsos) dan ketertiban serta kedisiplinan Marga PMKRI
6.      Menjaga dan merawat seluruh fasilitas yang ada di margasiswa.
Pernyataan di atas merupakan bukti keseriusan pengurus PMKRI untuk bertanggung jawab penuh terhadap marga siswa dan sekaligus langkah awal untuk mempersiapkan MPA 2011.
Demikian sekilas harapan kami pengurus PMKRI cabang Pontianak terhadap pihak keuskupan Agung Pontianak.

Pontianak , 3 Mei 2010
PMKRI Cabang Pontianak St. Thomas More
DPC PMKRI Cb. Pontianak 2010 - 2011

Minggu, 19 Mei 2013

DEGRADASI MORAL, PEMIMPIN NASIONAL


,Kita semua tahu dan tidak asing lagi dengan arti kata degradasi. Degradsi moral yang melanda Indonesia sebetulnya bukan hanya dialami oleh pemimpin-pemimpin nasional kita saja, tapi telah jauh mengakar kedalam masyarakat yakni para pemimpin di tingkat daerah dan wilayah-wilayah yang cakupannya kecil. Hal ini terjadi kerena para pemimpin bangsa ini telah mempertontonkan bentuk dan cara pendegradasian moral kepada masyarakat sehingga diikuti oleh pemerintah di tingkat daerah dan di wilayah yang lebih kecil. Sikap dan tindakan merekalah yang membuat masyarakat menjadi cendrung apatis dengan pemerintah saat ini, bagaimana tidak, saat ini moral-moral para pemimpin kita saat ini sudah sangat jauh dari kata ‘baik”. Pemimpin yang baik mestinya bisa menjadi jembatan aspirasi untuk memenuhi kepentingan rakyatnya melalui sarana kekuasaan yang dimilikinya, bukan justru sebaliknya menyalahgunakan kekuasaan itu untuk menindas rakyatnya sendiri, tidak adanya kepastian hukum, meraja relanya praktek-praktek KKN, dan segala bentuk penindasan terhadap rakyat terjadi setiap hari dan hal ini dilakukan dengan sengaja dan tanpa merasa sedikit pun malu, Ketika doktrin sosial, manusia sebagai satu bangsa, maka sudah secara otomatis terdapat saling ketergantungan sebagai satu bangsa dan saling membutuhkan. Orang kaya membutuhkan orang miskin dan orang kuat membutuhkan orang lemah. Idealita demikian agaknya belum jamak di Indonesia apabila dilihat secara struktural. Kemiskinan struktural masih sangat kental mewarnai hubungan sosial. Di satu sisi, kehidupan kelompok-kelompok marjinal ( kaum buruh, tani, masyarkat adat) sangat tergantung pada kelompok-kelompok kepentingan ( penguasa dan pemerintah)  yang berada di luar diri mereka. Akan tetapi, di lain sisi, kelompok-kelompok yang disebut terakhir memiliki kepentingannya masing-masing yang bersifat partisan, yang umumnya berbeda dan tidak sejalan dengan kepentingan kelompok-kelompok marjinal. Sebagian besar kelompok rakyat ini mulai tersingkir dari institusi utama masyarakat. Dari sisi ekonomi, kondisi itu akibat kesehatan yang kurang terjamin, pendidikan yang rendah, dan ketiadaan keterampilan sehingga pada gilirannya berdampak pada penghasilan dan daya beli mereka.
Sungguh sangat miris jika kita melihat lebih jauh, bagaimana kondisi masyarakat saat ini, harga-harga sembako yang kian melambung, harga jual hasil pertanian masyarakat yang jauh dari harapan merupakan segelintir kecil permasalahan bangsa saat ini, kaum-kaum penguasa semakin ganas melakukan aksinya dengan memeras rakyat tanpa merasa sedikit pun bersalah dan tak ragu melahap hak-hak masyarkat kecil. Mengapa masyarakat kecil sekarang menjadi semakin sulit mendapatkan hak nya? Mengapa mereka sampai saat ini “yang katanya” telah merdeka dan menginjak usia ke-66 Tahun namun masih hidup di bawah garis kemiskinan? Mengapa semakin hari harga kebutuhan hidup semakin melonjak naik? Semua pertanyaan ini hanyalah sebagian kecil dari permasalahan yang dihadapi bangsa sampai pada saat ini sejak lepas dari jaman penjajahan kolonial Belanda, akan tapi mengapa permasalahan-permasalahan itu sampai detik ini belum dapat diatasi oleh para pemimpin kita? Semua pertanyaan-pertanyaan klasik itu jawaban nya ialah Degradasi Moral yang dilakukan oleh para pemimpin nasional bangsa ini. Perampasan hak rakyat oleh para pemimpin bangsa ini telah meluluh lantahkan semua sendi-sendi kehidupan bangsa, mereka tidak lagi merasa malu merampas hak-hak masyarakat untuk kepentingan individu, golongan dan kelompoknya.
Sebenarnya bukan hanya kelas-kelas masyarakat kecil yang merasakan semua imbas dari pendegradsian moral pemimpin nasional ini namun kelas-kelas menengah juga ikut turut merasakan imbasnya, tapi kaum-kaum kelas menengah  masih bisa berhemat dalam kondisi seperti ini, tapi kelas-kelas bawah, apa yang mau di hemat? Untuk memenuhi kebuhutuhan sehari-hari saja masih berkekurangan jadi apa yang akan dihemat?
Sungguh sangat fenomenal kondisi bangsa sekarang disaat masih banyak mayarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, tidak membuat malu para pemimpin untuk tetap memeras rakyat, pemiskinan struktural yang dilakukan pemerintah merupakan pelanggaran berat yang telah berlangsung sejak lama, dan akan terus berlangsung sampai tidak ada satu pun yang tahu kapan akan berahir, Para pemimpin bangsa dan segenap komponen masyarakat terdidik dan bagian dari kekuatan kelompok sipil (civil society) harus bersama-sama mendorong berlangsungnya Revolusi Moral Bangsa dengan mengikis mental koruptif, mengangkat keterpurukan bangsa, mengedepankan kejujuran dan nurani, serta mengutamakan kepentingan rakyat. Hingga pada ahirnya degradsi moral akan berkurang dan terciptanya situasi masyarakat yang sejahtera.