"Selamat Datang Di Blog Pro Ecclesia Et Patria"

Jumat, 08 Maret 2013

GERAKAN CHAVISMO SEBAGAI GERAKAN POPULIS


Pendahuluan
Globalisasi serta disintegrasi komunisme telah mengubah garis batas antara kiri dan kanan. Tidak ada lagi ekstrim kiri seperti yang banyak diperbincangkan dalam negara-negara industri. Pembedaan kiri/kanan terus berlanjut, tetapi pertanyaan fundamental bagi demokrasi sosial adalah apakah pembagian itu mencakup banyak area politis atau tidak? Apakah kita berada dalam periode transisi sebelum kiri dan kanan membangun diri kembali dengan kekuatan penuh?
Pada era 1990-an di Venezuela terjadi kebangkitan gerakan anti-partai yang terbentuk di sekeliling figur Hugo Chavez yang didedikasikan untuk perubahan fundamental dalam masyarakat, sebuah pergerakan yang kebanyakan rakyat Venezuela sebut sebagai Chavismo.
Di bawah kepemimpinan Hugo Chavez, pemerintahan Venezuela telah menjadi lebih dari sekedar rezim sayap kiri. Caracas sekarang ini adalah pusat revolusi, dengan musuh baik di luar maupun di dalam. Chavez muncul dengan politik alternatifnya yang mengguncang barat, Khususnya Amerika Serikat. Propaganda-propaganda anti-Amerikanya bergaung di penjuru Amerika Latin, dan bahkan timur tengah. Disini, Chavez secara frontal memposisikan diri sebagai front sayap kiri Sosialisme melawan dominasi Amerika sebagai Kapitalisme.
Kemunculan Chavez sebagai tokoh populis telah menciptakan jalan yang lebar bagi proses demokratisasi dan gerakan-gerakan sosial di bawah panji sosialismenya dengan menawarkan transformasi menyeluruh dalam segala aspek sosial masyarakat.

Pengertian Populisme
Populisme bisa didefinisikan dalam dua kriteria politik: kehadiran sebuah model hubungan kharismatik antara konstituen dan politisi, dan diskursus demokratis yang berlandaskan ide-ide dari kehendak sosial antara masyarakat dan elit politik. Konsep hubungan kharismatik disini secara eksplisit mengacu pada definisi Weber mengenai kharisma, yakni sebuah relasi yang baik dimana para pemilih mendukung kandidat dengan harapan realisasi atas janji perubahan radikal. Demonstrasi karakter kandidat itu kemudian menjadi semakin signifikan dibanding janji-janji aktual yang mereka berikan. Hubungan kharismatik merupakan produk dari periode penuh tekanan, yakni periode dimana institusi yang ada gagal memberikan solusi terhadap problema terdalam masyarakat.
Populisme dalam konsep proses demokrasi berlandaskan ide-ide kehendak sosial, merupakan sebuah sebuah bentuk mobilisasi politik yang didasari oleh retorika yang kuat terhadap masyarakat yang diwakilkan oleh seorang pemimpin. Eksploitasi dan pembedaan kelas merupakan warisan region Amerika Latin  yang berakar dari pengalaman masa kolonial. Disini para pemimpin populis menghadapi sebuah tantangan: terpilih melalui jalur demokrasi elektoral berarti harus mewakili kehendak mayoritas masyarakat.
Jika sang pemimpin maju dengan mewakili kehendak-kehendak sosial dan oposisinya sudah tidak terlegitimasi lagi, maka segala cara (termasuk kekerasan) bisa dengan sah digunakan melawan mereka. Konsekuensinya adalah; seiring dengan terakomodasinya hak-hak kaum minoritas, maka pemimpin kharismatik tersebut akan menggunakan klaimnya bahwa ia merupakan perwujudan kehendak sosial untuk menjatuhkan rezim yang ada untuk menciptakan ‘check and balance’ demi memastikan terwujudnya proses elektoral yang demokratis.
Pra-kemunculan Chavez, kondisi sosial ekonomi di Venezuela telah mencapai titik kulminasi, di mana tiap orang dari strata sosial menengah ke bawah mulai berbagi satu masalah yang sama; himpitan ekonomi yang menyesakkan. Saat itulah Chavez muncul sebagai jawaban. Chavez-lah yang mampu mempersatukan orang-orang tersebut dengan mengakomodasi tuntutan-tuntutan yang muncul terhadap rezim Caldera. Di bawah figur Chavez, masyarakat bergerak untuk perubahan, dan gerakan ini oleh kebanyakan rakyat Venezuela disebut sebagai Chavismo.

Sejarah Chavismo
Chavismo berawal dari pergerakan dalam tubuh militer Venezuela yang bernama Movimiento Bolivariano Revolucionario 200 (MBR) atau Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200.  MBR 200 pertama kali berdiri pada bulan Desember 1983 oleh Hugo Chavez beserta beberapa orang tokoh militer yang bertujuan untuk melakukan perubahan atas ketidaksetaraan dan korupsi yang melanda Venezuela.
            Anggota-anggota MBR 200 merupakan sebuah gerakan bawah tanah. Seiring dengan bertambahnya jumlah mereka di tubuh militer, rencana-rencana revolusi sipil-militer dibentuk. Usaha mereka semakin gigih setelah pasukan bersenjata dipanggil untuk meredam peristiwa Caracazo, sebuah kekacauan besar pada Februari 1989 yang dipicu oleh melonjaknya harga minyak dunia.
            Pada awal 1992 peristiwa-peristiwa yang terjadi seolah memberikan klimaks bagi pergerakan: mayoritas penduduk negeri merasa kecewa pada pemerintah, Chavez menduduki posisi kuat di militer, dan tersebar desas-desus bahwa pergerakan telah terdeteksi oleh intelejen militer.
            Maka pada tanggal 4 Februari MBR 200 melancarkan kudeta terhadap rezim gagal Carlos Andrez Perez, presiden yang menginisiasi reformasi ekonomi di tahun 1989. Meskipun konspirasi tersebut digagalkan oleh militer yang loyal terhadap Perez, Chavez dan MBR-nya mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat.
            Di dalam penjara selama dua tahun kedepan, para konspirator (khususnya Chavez) memiliki kesempatan untuk melakukan reorganisasi dan membuat rencana baru ketika mereka mendapatkan kunjungan rutin dari sejumlah penduduk Venezuela yang melihat mereka sebagai pemimpin potensial pergerakan perubahan politik.
            Proses reorganisasi politik tersebut semakin lancar setelah tahun 1994, ketika presiden Rafael Caldera memberikan pengampunan bagi para konspirator dan mendukung mereka untuk berpartisipasi secara damai melalui  jalur elektoral.
            Chavez dan sekutu-sekutu terdekatnya lalu mempelajari problema-problema negara dengan bepergian ke seluruh penjuru Venezuela, bertemu langsung dengan rakyat, dan menyebarkan polling yang bertujuan untuk mengenali bangkitnya kesadaran hak di masyarakat. Pada tahun 1997 telah terbentuk satu kelompok aktivis sipil dan militer yang siap maju untuk kompetisi elektoral dalam proyek revolusi demokratis ini. Pada tanggal 21 Oktober 1997 lebih dari 200 orang mengadakan pertemuan di Caracas dan menandatangani piagam yang secara legal menandai terbentuknya ‘Fifth Republic Movement’ (MVR), partai yang kemudian akan berperan sebagai kendaraan politik resmi bagi Chavez dalam proses pemilu.
            Chavez memenangkan pemilu 1998 dengan kemenangan telak, lebih dari 50% suara, mengalahkan Luis Alfaro Ucero, kandidat kuat dari partai Accion Democratica, serta dua calon independen lainnya: Irene Saez dan Henrique Salaz Romer.
Kepemimpinan Hugo Chavez didasari oleh sebuah model pengembangan demokrasi baru yang di jalankan oleh aliansi yang terorganisir dengan baik antara kelompok-kelompok solidaritas di masyarakat dan elit negara. Semenjak demokrasi venezuela lahir di tahun 1958, sistem politik terus didominasi oleh ‘Accion Democratica’ dan ‘Copei’ yang secara esensial merupakan dua partai poliarki yang menjaga sirkulasi minyak di kalangan elit. Hugo Chavez mengisi ruang tersebut dengan kritik-kritik radikal terhadap sistem lama dan pembentukan konstitusi baru dengan target transformasi mendalam pada bidang ekonomi, politik dan sosial masyarakat.

Chavismo dan Bangkitnya Gerakan Sosial
Chavez dan revolusi bolivariannya telah memberikan nafas baru pada gerakan-gerakan sosial di Venezuela. Sepanjang masa kepemimpinan Carlos Andres Perez yang pro-liberalisme, kehendak-kehendak sosial tidak mendapatkan akomodasi sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan Perez untuk memihak pada kaum borjuis ketimbang masyarakat kelas subordinat. Keberpihakan ini memberikan tekanan pada masyarakat minor di Venezuela sehingga secara otomatis kehendak dan aspirasi mereka tidak tertampung oleh pemerintah. Di sinilah muncul tuntutan dari rakyat untuk dilakukannya transformasi sosial dan ekonomi. Selain itu, korupsi yang merajalela di bawah kepemimpinan Carlos Andres Perez berkembang menjadi penolakan terhadap politik tradisional serta membukakan ruang bagi pergerakan politik alternatif.
Kemunculan Chavez sebagai tokoh populis merupakan jawaban yang ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Venezuela. Chavez menjanjikan reformasi politik dan ekonomi untuk memberikan bagian yang lebih banyak pada rakyat miskin dari petrodollar Venezuela, memberikan harapan bagi rakyat yang mengharapkan transformasi sosial dan ekonomi dengan sebuah jawaban: fase baru sosialisme.
Transformasi tersebut diwujudkan Chavez melalui pembentukan dewan konstitusi untuk menulis kembali konstitusi pada bulan Juli 1999, yang merombak ulang kebijakan-kebijakan untuk berpihak kepada rakyat miskin. Pada tahun 1999 lebih dari 40% anggaran negara di alokasikan kepada program-program kesejahteraan sosial yang terdiri dari penyediaan rumah murah bagi kaum miskin, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan subsidi untuk penyediaan bahan makanan dengan harga terjangkau.
Program-program tersebut diwujudkan dengan pembentukan misi-misi perbaikan sosial yaitu:
1.        Robinson: Misi penyediaan rumah layak,
2.      Ribas: Program edukasi dan pemberantasan buta huruf,
3.       Barrio Adentro: Program pelayanan kesehatan bagi kaum marjinal, dan
4.      Mercal: Subsidi makanan murah dari pemerintah
Dari keempat program diatas, hanya Robinson yang dijalankan langsung oleh pemerintah. Sedangkan Ribas, Barrio Adento, dan Mercal lebih banyak direalisasikan melalui partisipasi masyarakat itu sendiri. Ketiga program tersebut dilaksanakan di pusat-pusat komunitas dengan memberdayakan tenaga-tenaga sukarela dalam pelayanannya.
Di belakang Chavez adalah masyarakat revolusioner yang berusaha untuk melakukan transformasi sosial itu sendiri, dan untuk pertama kalinya, masyarakat sipil Venezuela tertarik untuk berpartisipasi dalam politik, yakni dengan dikembangkan konsep dewan komunal untuk mengalihkan kekuasaan dari elit-elit negara di badan perwakilan pada masyarakat. Disinilah model demokrasi parsitipatoris terbentuk. Masyarakat menolak model perwakilan dan lebih memilih keikutsertaan dalam pengambilan keputusan untuk menghindari munculnya tendensi bahwa jabatan elit negara dianggap sebagai keistimewaan (privilege) sehingga keputusan-keputusan yang di ambil lebih mendahulukan kepentingan golongan ketimbang komunal. Pembiayaan dewan komunal itu sendiri disokong oleh dana dari bank komunal dan sedikitnya mewakili 200-400 keluarga di area-area urban.
Chavez beruntung, karena ia muncul pada tempat dan waktu yang tepat. Penolakan masyarakat terhadap model yang ada ia manfaatkan untuk membangkitkan kesadaran kelas. Hasilnya adalah sebuah negara yang berjalan berdasarkan partisipasi politis masyarakat yang mengesankan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan komunal di tingkat distrik.
Pada tahun 2002, oligarki yang di dukung oleh pemerintah AS berusaha untuk menggulingkan Chavez dan mengambil alih kontrol atas negara. Hal ini di latar belakangi oleh usaha Chavez untuk menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta dan membagikan kekayaan pada rakyat miskin. Dalam kudeta ini Chavez berhasil digulingkan dari kekuasaan.
Peristiwa ini memicu bentrokan berdarah antara pendukung kaum borjuis dan rakyat miskin dalam demonstrasi pada pertengahan 2002 yang berlanjut menjadi bentrok antara militer dan sipil. Namun kudeta militer sayap kanan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah di kalahkan oleh rakyat yang menginginkan presiden mereka kembali. Dua hari kemudian, Chavez kembali menduduki jabatan presiden.
Seusai kegagalan pada kudeta tersebut, oposisi merubah strateginya dengan melakukan sabotase terhadap ekonomi venezuela dengan tujuan menjatuhkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Chavez. Pada bulan Desember 2002 para pengusaha menutup pabrik mereka yang tersebar di seluruh Venezuela selama hampir dua bulan. Di perusahaan minyak PDVSA, produksi turun dari tiga ratus juta barrel per hari menjadi dua puluh lima ribu barrel. Hal ini menyebabkan kelangkaan dalam berbagai aspek baik makanan, transportasi, gas, dll. Perusahaan-perusahaan swasta di bekukan, dan masyarakat kembali kehilangan pekerjaan.
Namun seperti yang terjadi di Argentina, muncul model ekonomi baru: pengambil alihan. Dengan ditutupnya ratusan pabrik, para buruh mulai menjalankan pekerjaan mereka secara mandiri (tanpa atasan). Di negara maju, pabrik yang ditutup hanya merupakan konsekuensi dari sebuah model ekonomi, dan tidak ada kelanjutannya. Namun di Venezuela hal ini malah merupakan sebuah permulaan. Bagi kapitalisme yang menekankan spesialisasi, hal ini tidak di anggap tidak mungkin. Namun peristiwa pengambil alihan ini telah mematahkan prinsip dasar tersebut. Dan sekali lagi gerakan masyarakat menyelamatkan proses revolusi.

Prediksi
Hugo Chavez dan gerakan-gerakan sosial di Venezuela sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Tanpa Chavez, tidak akan terwujud gerakan sosial. Sedangkan posisi Chavez sendiri tidak akan kuat tanpa gerakan-gerakan progresif yang berdiri di belakangnya.
Chavez sendiri merupakan inti dari proyek Bolivarian. Chavez adalah pemimpin revolusi dengan kharisma yang begitu besar di mata para pendukungnya. Namun di sinilah terlihat kelemahan dari proyek revolusi bolivarian. Kemudian sedikitnya terdapat dua prediksi mengenai kelanjutan dari gerakan-gerakan sosial di Venezuela yang dapat saya ajukan sebagai berikut:
Pertama, Chavez sebagai ikon tentunya memegang peranan penting dalam eksekusi gerakan-gerakan sosial yang terjadi. Seandainya Chavez jatuh sebelum terbentuknya dasar yang kuat di masyarakat, maka proses revolusi hanya akan berhenti pada proses inisiasi diri masyarakat, kemudian berhenti begitu saja. Titik. Kemudian struktur dan sistem yang pernah berubah akan kembali di kuasai oleh neo-liberalisme. Hal ini hampir bisa dipastikan karena kejatuhan Chavez akan mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat yang  mendewakan Chavez sebagai pemimpin revolusi sehingga mendorong mereka untuk melakukan transformasi sosial dan menekan liberalisme. Selain itu, gerakan-gerakan sosial akan sulit memperoleh kemenangan jika berjuang di tingkat nasional tanpa adanya tokoh kuat sebagai pemimpin.
Kedua, jika di dalam struktur masyarakat Venezuela telah terbentuk basis yang kuat, maka tanpa Chavez sekalipun gerakan-gerakan sosial akan tetap bertahan. Namun kemungkinan ini hanya akan terwujud jika proses revolusi telah berlanjut ke tahap yang jauh lebih tinggi sehingga membawa masyarakat ke tingkat pengenalan yang lebih matang dengan landasan kuat.

Kesimpulan
Hugo Chavez sebagai tokoh populis dalam proses revolusi Venezuela merupakan faktor utama yang memberikan dasar bagi munculnya gerakan-gerakan sosial. Dengan gaya retorika politiknya yang khas, Chavez dengan sukses memobilisasi massa dan memenangkan pemilu 1998 dengan kemenangan mutlak, yakni lebih dari 50% suara.
Revolusi bolivariannya berpusat pada pembebasan masyarakat dari hegemoni neo-liberalisme yang sesungguhnya dijalankan oleh rakyat sendiri. Didasari oleh hubungan kharismatik yang kuat dengan para pendukungnya, kesetaraan yang diusung Chaves merupakan sebuah proses demokrasi yang berangkat dari ide-ide kehendak sosial.
Bagaimanapun, satu hal terpenting yang perlu dijaga di Venezuela adalah semacam solidaritas intern yang diperjuangkan. Terlebih lagi, kaum progresif perlu menyadari bahwa terdapat banyak revolusi politik, sosial dan ekonomi yang terancam di Venezuela. Dan semua tergantung pada masyarakat untuk berpartisipasi, mengkritisi, dan mendukung revolusi-revolusi tersebut demi memastikan bahwa perjuangan itu tidak akan hilang dibawah pengaruh hegemoni paham neo-liberal.



 Referensi

Kirk Hawkins, Populism in Venezuela: The Rise of Chavismo. Third World Quarterly, Vol. 24, No. 6: 2003
Jonah Gindin, Beyond Populism: Venezuela and Iternational Left, Artikel www.greenleft.com, 2004.
International Study: Transition of Venezuela, www.libraryofcongress.com
Mathew R. Cleary, Explaining The Left’s Resurgence, Journal of Democracy, edisi 17, Oktober 2006.
Dieterich Ruchemeyer, Evelyne Huber Stephen, and John D. Stephen, Capitalist Development and Democracy, University of Chicago Press: Chicago.
Soyomukti, Nurani. Hugo Chavez VS Amerika Serikat, Yogyakarta: Garasi, 2008
Film No Volveran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar