A. Pendahuluan
Orang-orang yang
berkumpul dalam suatu kelompok tentu melakukan interaksi satu dengan lainya,
ketika interaksi diantara mereka terjadi maka konfilik menjadi potensial
muncul. Terutama dalam kehidupan organisasi setiap saat dapat terjadi konflik
baik konflik antarindividu maupun konflik antara anggota organisasi dengan
pihak luar/masyarakat.
Kondisi konflik sangat
tidak menguntungkan bagi kepemimpinan dan berpengaruh pada kinerja organisasi
terutama mengerakan anggota untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi. Dalam kondisi seperti ini partisipasi anggota tidak saja menurun
tetapi juga menghindar dan menantang pada kepemimpinan yang kurang efektif.
Konflik dan pertentangan akan memicu
mendorong individu mencari teman yang menunjukan solidaritas pada diri
dan permasalahanya, sehingga terjadi pengelompokan anggota yang bertentangan
satu dengan yang lain baik secara terbuka maupun tertutup.
Dalam menghadapi
konflik seperti itu, pemimpin harus berusaha untuk tidak ikut menjadi unsure
yang mengobarkan dan memperuncing pertentangan yang terjadi. Pemimin harus
menghindari perilaku yang memihak dan pilih kasih yang akan merugukan
kepentingan organisasi. Demikian juga pemimpin tidak boleh terus membiarkan
konflik terus berlangsung agar tidak mempersulit mencapai tujuan organisasi,
oleh sebab itu pemimpin yang efektif harus berusah menyelesaikan konflik yang
berlangsung harus menunjukan sikap dan perilaku yang bertujuan menyelamatkan
organisasi, yang jika mungkin terhindar dari akibat yang merugikan anggota
organisasi.
B. Konflik
1. Pengertian
Konflik
Konflik dapat diartikan
dengan perbedaan, pertentangan, dan perselisihan. Konflik merupakan masalah
yang serius dalam setiap organisasi. Konflik pada hakikatnya adalah segala
sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik organisasi
adalah ketidaksesuaian yang timbul antara dua anggota atau lebih
anggota-anggota/ kelompok-kelompok organisaswi yang timbul karena adanya
kenyataan bahwa mereka yang membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau
kegiatan-kegiatan kerja bahwa mereka terdapat perbedaan status, tujuan dan
persepsi. Bedasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik
adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal dan interpersonal) antara satu pihak dengan pihak
yang lain dalam mencapai satu tujuan, yang timbul adanya perbedaan,
kepentingan, emosi,dan nilai. Selanjutnya pengertian konflik dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yaitu:
a. Pandangan
tradisional
Konflik adalah buruk dan negative,
disinonomkan dengan istilah kekerasan yang merugikan harus dihindari dan
diatasi.
b. Pandangan
hubungan manusia
Pandangan ini berkeyakinan bahwa konflik
merupakan hasil wajar dan tidak terelakan dalam kelompok.
c. Pandangan
interaksional
Pandangan ini berkeyakinan bahwa konflik
tidak hanya suaru kekuatan positif dalam suatu kelompok melainkan mutlak perlu
untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja efektif.
Konflik bisa mempunyai konotasi positif maupun negative,
memandang cara memilih hakikat konflik dan pengaruhnya terhadap efektifitas
pencapaian tujuan organisasi. Dari persepsi tersebut timbul kedua konotasi
tentang konflik yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Negatife
|
Positif
|
1.
Penghamburan tenaga
2.
Penurunan semangat kerja
3.
Memilah-milah kelompok dan anggota-anggotanya
4.
Mempertajam perbedaan
5.
Merusak kerjasama
6.
Menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan
7.
Mengurangi produktivitas
|
1.
Permasalahan yang ada menjadi terbuka dan jelas
2.
Memperbaiki kualitas pemecahan masalah
3.
Meningkatkan keterlibatan para anggota
4.
Memberikan kesempatan berkomunikasi secara spontan
5.
Menciptakan pertumbuhan dan penguatan hubungan
6.
Meningkatkan produktivitas
|
Suatu konflik dapat
terjadi, apabila dalam kenyataan menunjukan timbulnya berbagai gejala sebagai
berikut:
a. Terdapat
dua pihak baik perseorangan maupun kelompok terlibat dalam suatu interaksi yang
berlawanan.
b. Adanya
saling pertentangan dalam mencapai tujuan dan/ adanya suatu norma atau
nilai-nilai saling berlawanan.
c. Adanya
interaksi yang ditandai dengan prilaku
yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangu dan menekan terhadap
pihak lain untuk memperpleh kemenangan seperti status, tanggung jawab dan
pemenuhan kebutuhan.
d. Adanya
tindakan saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.
e. Adanya
ketidakseimbangan akibat usaha masing-masing pihak yang berkaitan dengan
kewibawaan atau kedudukan, harga diri, dan sebagainya.
Konflik bukan merupakan
tanda kelemahan organisasi atau bukti kegagalan pemimpinya, karena konflik
merupakan tanda bahwa suatu organisasi sedang berada dalam atau sedang berdiri
diambang kesulitan seperti halnya rasa sakit. Suatu organisasi atau system
sosial yang menekankan adanya konflik, melarang pengungkapan perbedaan
pendapat, kehilangan umpan balik untuk memperbaiki diri dan menciptaka
stabilitas.
Kendatipun demikian,
para pemimpin perlu memahami beberapa hal yang dapat menumbulkan konflik,
terutama untuk mendapatkan manfaat dalam menanganinya dan unttuk menarik
keuntungan dalam menciptakan perilaku organisasi yang berguna bagi peningkatkan
efektifitas organisasi. Menurut Boulding mengemukakan ada empat unsur dalam
konflik yaitu:
a.
The
Parties
Yaitu yang sedang dalam konflik pada
umumnya paling tidak ada dua misalnya seorang lawan seseorang, perorang lawan
kelompok, kelompok lawan organisasi,
atau organisasi lawan organisasi lain.
b.
The
field of conflict/ bidang konflik
Yaitu semua kemungkinan arah
perkembangan konflik seperti konflik tertutup, konflik terbuka dan konflik
konfrontasi.
c. The dynamics of situation
Yaitu semua situasi dimana masing-masing
kelompok berusaha mendekati pihak ketiga yang dianggap mempunya kedudukan
setingkat atau lebih tinggi dari pihak yang menjadi lawanya.
d. Manageme, control, or resulotion of conflict
Yaitu konflik bukanlah suatu yang dapat
berdiri dan tidak dapat secara jelas dibedakan kapan mulainya dan kapan pula
berakhir.
2. Komponen
konflik
Secara umum konflik terdiri dari tiga
komponen yaitu:
a.
Interest
(Kepentingan) yaitu sesatu yang memotivasikan
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi itu tidak
hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran dan
statusnya,
b.
Emotion
(Emosi) yaitu sering diwujudkan melalui perasan yang
menyertai sebagian besar interaksi manusia seperti marah, kebencian, takut dan
penolakan.
c.
Values
(Nilai) yaitu komponen konflik yang paling susah dipecahkan
karena nilai merupakan hal yang tidak bisa diraba dan dinyataka secara nyata.
Nilai berada didalam pemikiran dan perasaan tentang benar dam salah, baik dan
buruk yang mengarahkan dan memelihara perilaku seseorang.
3.
Sumber Konflik
a.
Biososial
yaitu menempatkan frustasi –agresi sebagai sumber konflik.
Bedasarkan pendekatan ini frustasi menghasilkan agresi yang mengarah pada
terjadinya konflik. Frustasi dihasilkan dari kecendrungan ekspektasi pencapaian
yang lebih cepat dari apa yang seharusnya.
b.
Keperibadian
dan interaksi yaitu keperibadian yang abrasif (suka
menghasut), ganguan psikologi, kemiskinan, keterampilan interpersonal,
kejengkelen, persaingan, perbedaan gaya interaksi dan ketidaksederajatan
hubungan.
c.
Structural
yaitu, konflik yang melekat pada struktur organisasi dan
masyarakat, kekuasaan, status sosial merupakan hal-hal yan berpotensi menjadi
konflik seperti tentang HAM, gender dan sebagainya.
d.
Budaya
dan ideology yaitu intensitas konflik dari sumber ini
sering dihasilkan karena perbedaan politik, sosial, agama dan budaya. Konflik
ini juga timbul di masyarakat karena perbedaan system nilai.
e.
Konvergensi
(gabungan) yaitu, dalam situasi tertentu
sumber-sumber konflik itu menjadi satu, sehingga menimbulkan konflesitas konflik
itu sendiri.
4.
Cara-cara mengatasi konflik
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seseorang
pemimpin untuk menyelesaikan konflik yaitu:
a.
Memberikan kesempatan pada semua anggota
kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-kondisi penting yang
diinginkan, yang menurut masing-masing harus dipenuhi dengan permanfaatkan
sumberdaya dan dana yang tersedia.
b.
Meminta satu pihak menempatkan diri pada
posisi orang lain, dan memberikan argumentasi yang kuat mengenai posisi
tersebut. Kemudian posisi itu dibalik, pihaknya tadi mengajukan argumentasi
yang mendukung suatu gagasan seolah-o;ah menentangnya dan sebaliknya. Setelah itu masing-masing pihak diberi
kesempatan melihat posisi orang lain dari sudut pandang orang lain.
c.
Kewenangan pemimpin sebagai sumber
kekuatan kelompok, seorang pemimpin untuk mengambil suatu keputusan dan
memecahkan masalah secara efektif, perlu memiliki kemahiran mengunakan
kekuasaan atau kewenangan yang melekat pada peranya.
Selain itu ada beberapa cara untuk mengatasi
konflik menurut Nader and Todd dalam bukunya The Disputing Law In Ten Societies yaitu:
a.
Bersabar yaitu suatu tindakan yang
merujuk pada sikap untuk mengabaikan konflik begitu saja.
b.
Penghindaran, yaitu suatu tindakan
yang dilakukan untuk mengakhiri konflik dengan cara meningalkanya.
c.
Kekerasan yaitu suatu tindakan yang
diambil dalam mengatasi konflik jika dipandang bahwa dampak yang timbuk
membahayakan.
d.
Negosiasi yaitu, tindakan yang
menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan oleh
orang-orang yang berkonflik secara bersama-sama tampa melibatkan orang ketiga.
e.
Konsiliasi yaitu tindakan untuk membawa
semua yang berkonflik ke meja perundingan.
f.
Mediasi yaitu suatu tindakan
penyelesaian konflik dengan cara bersama dengan melibatkan pihak ketiga.
g.
Arbitrasi yaitu, kedua belah pihak yang
berkonflik setuju dengan keterlibatan orang ketiga yang memiliki otoritas hokum
dan mereka sebelumnya harus setuju untuk menerima keputusan.
h.
Peradilan merujuk pada intervensi pihak
ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian konflik apakah
pihak-pihak yang berkonflik menginginkanya atau tidak.
5.
Gaya-gaya pengendalian konflik
GAYA
|
CARA/TINDAKAN
|
SITUASI/TUJUAN
|
Menghindar
|
1.
Mengabaikan konflik dan berharap hal itu akan
berlalu
2.
Meletakan masalah dibawah pertimbangan atau
gengaman.
3.
Mengunakan kerahasiaan untuk menghindari
konfrontasi.
4.
Dengan prosedur lambat untuk menghancurkan
konflik.
5.
Menarik kedalam aturan birokrasi sebagai sebuah
resolusi konflik
|
1.
Ketika isu konflik dipandang ringan, sedang isu
lainya lebih penting untuk diselesaikan.
2.
Ketika tidak ada kesempatan yang menarik
perhatian.
3.
Membiarkan orang-orang yang berkonflik menjadi
dingin dan mengetahui persfektif lainya.
4.
Ketika pengumpulan informasi mengantikan
pengambilan keputusan secara tepat.
5.
Ketika pihak lain dapat menyelesaikan konflik
lebih efektif
6.
Ketika isu konflik menyentuh atau merupakan gejala
dari isu persoalan lainya.
|
Kompromi
|
1.
Negosiasi
2.
Mencari persetujuan2 dan menjual ide
3.
Menemukan solusi yang menarik dan dapat diterima.
|
1. Ketika
tujuannya penting
2.
Ketika pihak lawan dengan
persamaan kekuasaan sepakat mencapai tujuan bersama.
3.
Untuk penyelesaian sementara bagi
isu-isu yang konpleks
4.
Untuk mencapai solusi yang
bijaksana.
5.
Sebagai cadangan ketika gaya
kolaborasi dan kompetisi tidak berhasi.
|
Konpetisi
|
1.
Menciptakan situasi win-lose
2.
Mengunakan persaingan
3.
Mengunakan kekuasaan untuk menyelesaikan konflik
4.
Menekankan kepatuhan
|
1.
Ketika konflik cepat maka pengambilan keputusan
adalah vital
2. Pada isu-isu penting dimana tindakan-tindakan yang
tidak popular harus diimplementasikan
3.
Pada isu-isu vital bagi kesejahteraan organisasi
dimana ketika pemimpin tahu bahwa dirinya benat.
4.
Menghadapi orang-orang yang memiliki perilaku Non
-kompetitif
|
Akomodasi
|
1. Pemberian jalan keluar
2. Kepatuhan
dan kerelaan
|
1. Ketika pemimpin menyadari dirinya salah/keliru, member
kesempatan agar pendapat yang lain didengar dan dipelajari.
2.
Untuk menarik hati orang lain dan memelihara
kerjasama.
3.
Untuk membangun penghargaan sosial bagi isu-isu
berikutnya.
4.
Untuk meminimalisir kerugian
5.
Ketika keharmonisan dan stabilitas dipandang lebih
penting secara khusus.
6.
Untuk member kesempatan bawahan berkembang belajar dari kesalahan.
|
Kolaborasi
|
1.
Pemecahan masalah
2.
Menghadapi perbedaan dan pembagian ide dan
informasi
3.
Mencari solusi yang intergratif
4.
Mendapatkan situasi yang win-win
5.
Memandang masalah dan konflik sebagai tantangan
|
1.
Untuk mendapatkan sosusi yang integrative, ketika
dua pendapat dipandang lebih penting untuk dikompromikan.
2.
Mengambungkan pandangan dari orang yang berkonflik
dengan persfektif yang berbeda.
3.
Untuk mencapai komitmen melalui kerjasama dan
mufakat
4.
Untuk bekerja melalui perasaan yang bercampur
dalam hubungan kerja.
|
Sumber :
Veihzal Rivai, (2011). Kepemimpinan dan perilaku organisasi;
Jakarta. PT Rajagrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar